Selasa, 05 Januari 2010

ACT 04: Private Training and Trouble…

< Back to Homepage

Jam 03.00 pagi. Diki cs sudah bersiap di gerbang utara kota Ardent. Sesuai dengan rencana, mereka akan pergi dengan MTD untuk melatih kemampuan mereka.
“Oh iya, sebenarnya kita akan dibawa kemana sih?” Tanya Gumy.
“Entahlah… yang jelas kita akan dilatih. Itu saja!” Jawab Diki santai.
“Kau memang selalu bersemangat bila diajak latihan ya Diki…” kata Zimi. Diki mengangguk setuju. Tak lama MTD datang dengan ridebikernya.
“Hei, apa kalian sudah siap? Ingat! Kita akan tinggal agak lama disana.” Ingat MTD.
“Jangan khawatir! Kami sudah siap. Lihat saja!” jawab Diki sambil menunjuk ke sebuah tumpukan tas. “Itu perbekalan kami!” lanjutnya.
“Heh? Tapi kan, tidak perlu sampai sebanyak ini…” MTD geleng-geleng kepala.
“Biarkan saja tuan MTD. Diki memang seperti itu. yang jelas, kemana kita akan pergi?” Tanya Gumy.
“kita akan pergi ke hutan Angel Falls. Disana kalian akan dilatih bagaimana mengontrol kekuatan Force Glove.” Jelas MTD.
“Hah?! Tempat itu sangat jauh dari sini. Akan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu…” Teriak Zimi.
“Sudah kuperhitungkan. Kalian akan naik ridebiker pasukanku hingga mencapai hutan Angel Falls. Kalau begitu ayo kita pergi.” Jelas MTD. MTD member aba-aba, lalu muncul tiga pasukan mengendarai ridebiker.
“Ayo naik.” Perintah MTD. Ketiga orang itu naik ke ridebiker pasukan MTD. Sekejap mereka meninggalkan kota Ardent menuju hutan Angel Falls.
* * *
Kembali ke kota Ardent. Sepeninggalnya Diki dan kawan-kawan, pasukan Xianist perempuan mendapat perintah untuk mundur dari kota Ardent. Dikarenakan adanya sinyal-sinyal musuh yang mulai mendekati kota Ardent.
Astrid, sebagai pemimpin sementara pasukan Xianist perempuan baru, memberikan perintah untuk mundur dalam 5 gelombang.
Saat gelombang pertama mundur, pasukan Fenrir mulai melancarkan serangan.
Seorang prajurit xianist perempuan berlari mendekati Astrid. “Nona, kita dalam masalah. Pasukan Fenrir menyerang dari arah timur. Dari jenis serangan nampaknya mereka menggunakan battalion serangan jarak jauh.”
“Persiapkan pasukan gelombang dua. Suruh mereka mempertahankan bagian timur hingga pasukan penjemput datang kembali.” Perintah Astrid.
“baik!” Prajurit itu berlari. Namun tak lama terdengar sebuah ledakan dari arah selatan kota Ardent.
“A-a-a-a-aa!” Astrid berteriak kesakitan. Astrid dan pasukan yang menjaga daerah selatan kota Ardent terluka berat akibat ledakan tersebut.
“Astrid!” Mizuki terhenyak. Ia berlari ke arah Astrid. “Kau tak apa?”
“I-ya!” Astrid berusaha bangkit namun ia merintih kesakitan.
“Jangan bergerak Astrid! Biar para healer yang menangani lukamu.” Suruh Mizuki sambil memanggil para healer. Mizuki sebagai pemimpin pasukan healer memberikan perintah untuk menyembuhkan pasukan Astrid.
“Terima kasih Mizuki.”
“sama-sama. Lalu, bagaimana dengan Shino? Kau melihatnya?” Tanya Mizuki.
“Shino kuperintahkan untuk lari dari sini dengan pasukan gelombang ke-lima. Dia kuperintahkan untuk meminta bantuan pada kantor pusat.” Jawab Astrid.
“Jadi begitu… baiklah, kita hanya bisa berharap.” Gumam Mizuki. Astrid mengangguk dan kembali membantu pasukannya.
* * *
Shino yang ikut dalam rombongan pasukan gelombang kelima berhasil sampai di barak Xian dengan selamat. Sesampainya di sana, Shino langsung berlari menuju kantor Ryon. Tanpa ba bi bu, Shino langsung masuk ke dalam kantor Ryon, Ryon yang sedang menulis laporan terkaget-kaget hingga pulpen yang ia pegang terlempar.
“A-ada apa ini?!” Tanya Ryon. Masih dalam keadaan kaget.
“Maaf tuan Ryon jika membuat anda kaget, namun ada masalah penting yang harus anda selesaikan.” Pinta Shino.
“Apa itu? sebelumnya, siapa kau?” Ryon masih kebingungan.
“Maaf tuan. Nama saya Shino. Pasukan Xian perempuan yang baru. Saya mengirim pesan dari pasukan yang menjaga kota Ardent. Kami diserang dan masih ada sekitar 300 pasukan yang tertinggal disana. Saya mohon untuk mengirimkan bantuan.” Jelas Shino.
Ryon mengangguk tanda mengerti. “baiklah. Biar aku yang akan pergi dengan pasukan battalion ke-21. Saya mohon Shino untuk ikut agar saya tahu dimana letak musuh menyerang.” Shino mengangguk, “Siap!”
* * *
“Bagaimana ini? Pasukan pembantu belum datang!” teriak pasukan-pasukan Xian yang menjaga kota Ardent. Nampaknya mereka mulai panik.
“Bertahanlah semua! Kita pasti bisa melewatinya!” teriak pemimpin pasukan Xian. Namun apa daya, moral pasukan Xian mulai turun dan mulai banyak dari mereka yang terluka akibat serangan musuh. “Tuan, nampaknya kita tidak bisa bertahan lagi. Sebaiknya kita mundur dan menutup pintu gerbang.” Usul Astrid kepada pemimpin pasukan Xian.
“Baiklah… mungkin sudah tidak ada cara lain lagi. Pasukan! MUNDUR!!” Teriak pemimpin pasukan Xian tersebut diikuti dengan mundurnya semua pasukan penahan ke kota Ardent.
Setelah semua pasukan mundur, mereka mulai menutup semua pintu gerbang kota Ardent dan menempatkan pasukan jarak jauh di menara yang berada di dalam kota Ardent. “Usahakan kalian menahan musuh dengan senjata jarak jauh kalian. Berikan kemampuan terbaik kalian.” Perintah pemimpin pasukan Xian sebelum menyuruh mereka naik ke atas menara.
Tiga puluh menit kemudian, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Para pasukan jarak jauh Xian diserang oleh pasukan Naga dan Pasukan M.W.A.S (Mobile Warrior Attacking Suit). Akibatnya. Banyak berjatuhan korban dari pihak Xian.
Astrid yang berada di sisi lain kota Ardent mendengar ledakan tersebut. Ia menyadari bahwasanya menara yang dipakai pasukan jarak jauh Xian akan roboh. Secara tak sengaja ia melihat mizuki berada persis di samping menara tanpa menyadari menara itu akan jatuh.
“MIZUKI!! AWAS!!” Teriak Astrid sambil berlari ke arah Mizuki. Mizuki yang menoleh ke atas hanya bisa menutup mata. Lalu….
DHUAR!
Saat mizuki membuka matanya, ia melihat sosok Astrid yang terluka berat lalu terjatuh pingsan. Sadar dari shocknya, ia berusaha mengheal Astrid. “Astrid! Astrid! Bangun!” Namun Astrid tak merespon. Mizuki menangis sejadi-jadinya. Ia ketakutan setengah mati bila Astrid meninggal.
“Nona Mizuki! Biar kami yang mengurus nona Astrid!” Tawar seseorang dari belakang. Rupanya itu adalah penduduk kota Ardent. Mizuki mengangguk dan melepaskan aura healnya. “Tolong bawa dia ke tempat aman.” Pesan Mizuki seserenggukan. “Jangan khawatir, kota Ardent terkenal akan kemampuan obat-obatnya!” Jawab penduduk tersebut lalu pergi menggendong Astrid menuju luar kota Ardent, tempat evakuasi penduduk kota Ardent.
Mizuki yang melihat Astrid dibawa penduduk tersebut kembali meneteskan air matanya. “Selamatkan dia dewa… kumohon…”
* * *
“Kita Sampai!” Teriak Shino. Ryon turun dari U.A.T dan mengobservasi sekitar kota ardent. Lima menit kemudian, Ryon kembali masuk U.A.T namun dengan air muka yang berubah.
“Ada apa tuan Ryon?” Tanya Shino.
“Shino… Aku tak tahu kalau pasukan Fenrir akan melakukannya sampai sejauh ini… pasukan kita telah terkepung oleh pasukan Dragon Force Fenrir dan Mobile Attacker Guild Fenrir. Kita tak bisa menyerang mereka sekarang ini.” Keluh Ryon.
“APA!? TAPI TEMANKU ADA DISANA!” Jerit Shino sambil memegang kerah baju Ryon.
“Tenanglah!” Kata salah satu pasukan yang berada di dalam 1 U.A.T yang sama.
“… jikalau begitu, hanya ada cara untuk membuat mereka mundur dengan sendirinya.” Kata Ryon.
“Apa itu Tuan?” Tanya semua pasukan yang mendengar.
Ryon lalu memberikan pengarahan kepada semua pasukan saat menyerang pasukan Fenrir. Tak lama, mereka mulai mengikuti plot yang sudah dibuat oleh Ryon. Shino yang ikut serta dalam plot tersebut berkata dalam hatinya, Aku akan menyelamatkan kalian! Aku berjanji, Astrid…Mizuki….
* * *
“Kita semakin terdesak! Senjata kita tak dapat menyerang pasukan M.W.A.S Fenrir!” Teriak salah satu pasukan Xian. “Terus lawan! Kita harus bisa member waktu untuk Shino agar bisa menyelamatkan kita!” Teriak pemimpin pasukan Xian. Namun, apa dikata, mereka mulai diserbu oleh pasukan Naga Fenrir. Mereka tak berkutik.
“AH!! Pasukan Xian menyerang barisan belakang kita!” Teriak salah satu pasukan Fenrir.
“Apa?! Kita harus kembali!” Teeriak pasukan Fenrir yang lain.
“Namun bagaimana dengan pasukan Xian yang satu ini?”
“Biarkan, perintahkan pasukan Mobile Attack dan Dragon Force untuk menyerang musuh di belakang.”
Mendengar hal itu, Pasukan Xian terlonjak kaget namun Xianist kembali bersemangat dan mulai memukul mundur pasukan Fenrir. Akibat kelengahan pasukan Fenrir, Pihak Fenrir berjatuhan korban.
“Psst! Psst!” Terdengar suara dari belakang pasukan Xian.
“Siapa itu?” teriak Mizuki sambil mencari asal suara.
“Mizuki, apakah itu kau?”
“suara ini? Shino?”
Shino muncul dari lubang saluran pembuangan air bawah tanah kota Ardent. “Ah, untunglah kalian selamat, ayo! Semuanya masuk sini! Kita takkan bisa melawan pasukan Fenrir. Biarkan saja kota Ardent diambil musuh untuk saat ini.” Perintah Shino. Semuanya mengerti lalu mulai masuk kedalam lubang tersebut.
“Mizuki, kemana Astrid?” Tanya Shino karena ia tak melihat Astrid sejak dari tadi.
“I-Ia telah berada d-di luar.” Jawab Mizuki gagap.
“Baik, kau juga. Ayo cepat.” Suruh Shino. Mizuki mengangguk.
* * *
Sementara itu dibelakang barisan pasukan Fenrir, Ryon mulai menyerang. “semuanya! Lihat aba-abaku! Jika sudah kuberi aba-aba sekarang, kita mundur dan mulai dengan gelombang kedua.” Perintah Ryon. Pasukan Ryon menjewab dengan serentak. “BAIK!”
“SERANG!” Teriak Ryon. Pasukan mulai menyerang barisan belakang Fenrir. Pasukan Fenrir berjatuhan. “Semuanya! SEKARANG!” Perintah Ryon saat ia mendengar suara keras di depan mereka. Pasukan Ryon pun mundur. “Hidupkan Flare-Gun! Saatnya gelombang kedua.” Anak buah Ryon menmbak Flare-Gun di udara. Tak lama, pasukan Fenrir di Barat diserang. Kembali pasukan Fenrir berjatuhan.
“Tuan! Pasukan di dalam kota Ardent sudah berhasil di evakuasi. Saatnya kita mundur ke tempat evakuasi di luar kota Ardent” lapor salah seorang anak buah Ryon. Ryon mengangguk dan memerintahkan orang tersebut untuk member signal mundur kepada pasukan Xian di barat sebelum pasukan Mobile Attack Fenrir menyerang mereka, “Dan selebihnya, ikut aku menuju tempat evakuasi.”
* * *
Setelah 2 hari pertempuran, kota Ardent jatuh ke tangan pasukan Fenrir, namun penduduk kota Ardent berhasil di evakuasi. Setelah Ryon sampai di tempat evakuasi, ia melihat 2 orang wanita. Wanita tersebut sedang memarahi wanita lainnya. “Itu kan?”
“Kau ini kenapa? Tak bisa kau melindungi Astrid?”
“T..tapi…”
“AH! Ada-ada saja kau!”
“M..maaf!” Wanita tersebut seserenggukan.
Ryon memperhatikan wanita tersebut. “itu kan Shino?” Ryon mendekati Shino dan bertanya “apa yang terjadi?”
“Eh, Tuan. Maaf. Tapi aku ada masalah dengan yang satu ini!” jawab Shino.
“Kenapa perempuan healer ini?”
“ia temanku, dan ia tak dapat melindungi temanku yang satu lagi selama aku pergi.”
“Dimana temanmu itu?”
Shino menunjukkan tenda yang memiliki bendera merah di atasnya. Ryon memasuki tempat itu. ia melihat sesosok wanita terluka yang sedang terbaring lemah di tempat tidur tenda tersebut. Ryon mendekati sosok tersebut dan memeriksa denyut nadinya. Shino dan wanita satu lagi yang tak lain adalah Mizuki mengikuti dan melihat Ryon yang memeriksa Astrid.
“Ah. Dia tak apa. Memang nampaknya parah, namun dengan obat kota Ardent, besok mungkin ia akan pulih.” Kata Ryon.
Shino terlihat lega, namun Mizuki menangis. “A-Aku memang tak berguna! M-Maafkan A-Aku!” katanya. Ryon mendekati Mizuki. “Sudah. Itu bukan salahmu. Mungkin belum saatnya kau melindunginya. Kau juga Shino. Tak baik menyalahkannya. Mungkin ia sudah berusaha.”
“T-Tapi..”
“Sudahlah. Maafkan saja. Paling tidak temanmu yang terluka masih bisa sembuh 100%”
“baik…”
“Oh iya… Kita akan pulang besok. Setelah temanmu itu sembuh, kita akan berangkat. Agak berbahaya jika kita tinggal disini dalam waktu yang lama.”
“Baik. Terima kasih atas pemberitahuannya.” Kata Shino. Ryon tersenyum lalu keluar dari tenda itu.
* * *
3 bulan setelah jatuhnya kota Ardent. Diki cs terus berlatih dengan MTD dan tibalah saat pembuktian bagi Diki cs.
Malam hari di Hutan Angel falls, MTD mengumpulkan Diki cs. “Baik semua! Sudah tiga bulan kita meninggalkan fasilitas kota ke tempat yang agak mencekam ini… Kalian semua akan mendapat tugas untuk mengetahui sejauh mana latihan kalian berpengaruh dengan kemampuan bertarung kalian. Apa kalian siap?!”
Serentak mereka bertiga menjawab, “Ya Pak!”
“Baik, sekarang tugas terakhir sebelum kita pulang adalah menemukan sebuah artifak kuno yang berada di gua Corrosiant, yang letaknya ada di tengah hutan Angel Falls. Namun berhati-hatilah dengan monster bernama Danguteal yang hidup di sekitar gua tersebut. Dan dalam misi ini, aku takkan membantu kalian. Kalian harus berusaha sendiri. Mengerti?”
“MENGERTI!” Teriak ketiga orang tersebut.
“Semangat ya? Baiklah, kalian harus menemukannya segera… dimulai dari SEKARANG!” Perintah MTD tiba-tiba. Sontak mereka tiga berlari karena Shock. Saat mereka bertiga sudah menghilang, MTD teringat akan sesuatu, “OI!!! HATI-HATI ADA HEWAN GANAS SELAIN DANGUTEAL!!” Teriak MTD, namun tidak ada respon… Apa tidak apa-apa ya? Pikir MTD.
* * *
Diki,Zimi, dan Gumy terus berjalan menyusuri tapak-tapak jalan kecil hutan Angel Falls. Sambil menemani mereka berjalan, mereka berbincan-bincang tentang apa yang akan mereka lakukan setelah sampai di barak nanti.
“Kalau aku…” Kata Zimi, “mau belajar cara memperbaiki senjata jarak jauh.” Mendengar ucapan itu Gumy langsung menyahut, “Oh ya! Aku pun juga! Kau belajar dengan siapa?” Zimi menjawab, “ Itu, yang mengemudikan U.A.T. dia rupanya engineering barak juga. Oh ya, Dik… apa yang akan kau lakukan setelah sampai di barak?” Diki menjawab, “Aku harus pulang. Ya… sudah 4 bulan sejak aku meninggalkan rumah. Aku rasa orang tuaku sudah merindukanku…”
Saat mereka di tengah pembicaraan, tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari tanah. Dari matanya, Nampak sosok tersebut sangat berbahaya untuk didekati.
“WAH! Apa itu?” Tanya Diki. Zimi dan Gumy yang merasakan bahwa mereka sedang terancam mulai mengeluarkan senjatanya. “Diki, hati-hati. Itu adalah Raptor! Monster yang juga tinggal di sini.” Diki yang mendengarnya langsung mundur perlahan, “sial! Kenapa misi kita selalu yang sulit-sulit sih?” Gumy hanya tersenyum, “Katanya Siap pak! Ah, kayak mana ini?”
Sosok yang disebut Raptor itu tiba-tiba menjerit sekeras-kerasnya. “Ada apa ini?!” Tanya Diki sambil menutup telinganya. “Dia memanggil temannya. Sebaiknya kita bungkam dia sebelum teman-temannya datang.” Jawab Zimi.
Diki mengambil ancang-ancang, “HEA!!! DEATHBLOW!”. Akibat serangan yang diberikan Diki, Raptor tersebut tersungkur jauh. “Sekarang! Aku sudah membuka pertahannya!”
Zimi bersiap melepaskan anak panahnya, “Eksplosive arrow!”. Lalu, DHUARR! Sekejap raptor itu hilang di kepulan asap bekas ledakan Eksplosive arrow. “Sebaiknya kita pergi dari sini, nampaknya kawanan raptor itu sudah sangat dekat.” Seru Zimi, namun telat! Rupanya ledakan tadi memancing kawanan Danguteal untuk mendekat. “Awas Diki!” Jerit Zimi. Saat Diki menoleh, seekor Danguteal melompat dan menyerang Diki.
“AAAAAAAGGGHHH!” Jerit Diki. Diki terpental jauh dan tak sadarkan diri. Gumy yang tahu kondisinya mulai tidak baik langsung memberi perintah pada Zimi untuk melindungi Diki. “Lalu bagaimana dengan kau Gumy?” Tanya Zimi, “Tenang, aku punya siasat untuk lari dari sini.” Kata Gumy Santai. Setelah Zimi meninggalkan Gumy, Gumy mulai membaca mantra sihir.
“Zeus…hi…arufu…sie…” Gumy yang membaca mantra tersebut tak tahu bahwa Raptor telah muncul di belakangnya. “GUMY AWAS!” Teriak Zimi, namun Gumy terus membaca mantra tersebut, “…Ara…hitsuki…Ra…en…Ya…” Tak lama muncul sebuah magic field di pijakan tanah Gumy, akibat magic field tersebut, raptor tidak dapat menyerang Gumy dan kemudian, “FLAMESTORM” Angin api muncul dan mulai berkobar. Serangan tersebut menyapu bersih monster-monster yang ada di sekitar Gumy. Semakin lama, angin api tersebut semakin besar dan mulai membakar pepohonan yang ada di sekitar Gumy.
“Saatnya untuk lari Zimi! Angkat Diki! Kita akan pergi dari sini!” Perintah Gumy. Zimi mengangguk dan mengangkat Diki menuju tempat aman, lari dari kobaran api yang mulai tidak terkendali.
* * *
MTD yang melihat kepulan asap mulai khawatir akan nasib ketiga muridnya. Kok hutan terbakar? Apa mereka menggunakan sihir elemen api? Pikir MTD. Lebih baik aku mengikuti mereka. MTD mulai mengikuti jejak ketiga orang tersebut. Sesampainya di tempat kebakaran hutan, MTD mulai kehilangan jejak, namun masalah tak selesai begitu saja. MTD dikepung oleh lima ekor Raptor.
“Huh, bukannya ketemu tiga orang tersebut, malah mendapat sambutan hangat.” Kata MTD sambil mengambil senjata Dark-Shadow Katana-nya. “HEAAA! SHADOW HOLE!”
* * *
Saat ketiga orang tersebut sampai di mulut gua corrosiant, mereka melihat sebuah lingkaran hitam muncul di langit dan mulai menyedot semua pohon yang ada disekitarnya.
“Wah, apa itu?!” Tanya Diki.
“Entahlah, yang jelas itu bukan sesuatu yang bagus…” Jawab Gumy sekenanya.
“Yang jelas kita harus menyelesaikan misi ini. Ayo kita mulai mencari.” Kata Zimi menyudahi pembicaraan Diki dan Gumy. Diki Gumy saling pandang dan mulai mengikuti Zimi yang sudah duluan masuk ke dalam Gua.
Sementara itu, MTD yang baru saja menyelesaikan masalah dengan lima ekor raptor tersebut mulai kebingungan karena ia benar-benar kehilangan jejak Diki Dkk. MTD hanya garuk-garuk kepala dan berharap ke-tiga orang tersebut tidak apa-apa. Mungkin mereka sudah sampai di gua Corrosiant. Lebih baik tunggu saja di depan mulut gua. Pikir MTD sambil berlari menuju mulut Gua Corrosiant.
* * *
Satu jam berlalu, Akhirnya Diki, Zimi, dan Gumy menemukan Artifak yang diminta oleh MTD. Diki mau saja berlari ke arah artifak tersebut. Namun Zimi menarik kerah baju Diki.
“Hey, muka Badak! Mau mati ya?!” Kata Zimi.
“heh? Apaan sih?!” Diki marah-marah
“Diki…. Kau enggak ngerasa kalau ini agak aneh?” Tanya Zimi.
“Aneh…?” Diki kebingungan.
“Begh, payah ngomong ama otak udang.” Keluh Gumy.
“Apaan sih? Enggak ngerti aku…” Diki makin bingung.
“Dik, kalau artifak enggak ada yang jaga, artinya pasti ada jebakan…” jelas Zimi.
“Oo…”
“Jadi, kalau main asal nyelonong masuk aja, nanti bisa tewas.” Lanjut Zimi.
“OO…. AKU AMBIL!” Teriak Diki seketika sambil berlari menuju artifak.
“DIKI!!!!” Teriak Zimi dan Gumy serentak.
Pluk….
“Hey! Aku sudah ngambil artifaknya.” Teriak Diki sambil mengangkat artifaknya. Zimi dan Gumy membuang nafas panjang. Dasar Diki…
* * *
Diki dkk keluar dari gua Corrosiant. Namun, belum satu menit sejak mereka keluar, Seekor hewan dengan tubuh mirip seperti sebuah Golem muncul menghadang mereka bertiga.
“A-Apa itu?!” Diki terjatuh karena terkejut.
“I-itu D-D-Danguteal. Semua! Siapkan senjata kalian!” Perintah Gumy. Diki dan Zimi segera mengeluarkan senjata mereka. “Tenang semua, kita pasti bisa mengalahkannya.” Kata Gumy berusaha menenangkan kedua temannya.
Danguteal itu melihat ketiga orang di depannya dengan tatapan tajam seolah mereka telah memasuki daerah privasinya. Matanya merah dan taring-taringnya diperlihatkan seolah berkata ‘KALIAN AKAN MATI DISINI’. Bekas darah di sekitar mulutnya menandakan ia baru membunuh sesuatu. Namun Gumy tak takut akan hal itu. Ia yang merupakan keturunan seorang magician yang juga tinggal di alam bebas, hewan buas merupakan hal biasa baginya. Namun tidak bagi Zimi dan Diki. Mereka yang tinggal di daerah yang agak maju belum pernah melihat hewan yang sangat buas sehingga kaki mereka bergemetaran.
“Diki, Kau serang dia saat aku beri aba-aba. Dan kau Zimi, setelah Diki melancarkan serangan, gunakan Rainstorm untuk membingungkannya dan gunakan explosive arrow di daerah wajah.” Perintah Gumy. Diki dan Zimi yang mendengarnya hanya mengangguk walau Nampak ada ketakutan di wajah mereka berdua.
“Baiklah…” Gumy menutup matanya. Konsentrasi terpampang jelas di air mukanya. Namun Danguteal merasakan tanda bahaya dan mulai menyerang Gumy.
“GUMY! IA MENYERANG!” Teriak Zimi. Gumya segera membuka matanya dan berteriak sekencang-kencangnya.
“BRIGHT BLAST!”
Danguteal itu meraung kesakitan. Ia sepertinya kesakitan karena silaunya cahaya yang keluar dari sihir Gumy.
“Sekarang Diki!” Teriak Gumy. Diki mengangguk dan maju menyerang Danguteal itu.
“HEAAA! THUNDER BLADE!” Diki melancarkan serangannya. Seketika dari tebasan pedang itu muncul petir yang melukai daerah lain dari tubuh Danguteal itu. Danguteal menjerit, lalu tiba-tiba… Danguteal itu mengeluarkan api dari mulutnya dan menembaki ketiga orang tersebut. Diki dkk terluka akibat serangan Danguteal tersebut.
“Hah..hah…hah… Hey, K-kalian tak apa?” Tanya Gumy. Mereka berdua mengangguk. “Syukurlah. Nampaknya kita tidak kuat melawan Danguteal itu.”
“K-Kenapa?” Tanya Diki.
“Lihat saja…. S-Sendiri.” Kata Gumy. Diki dan Zimi melihat Danguteal. Seketika mereka terbelalak karena tubuh Danguteal itu kembali ke bentuk semua. Semua bekas luka serangan diki hilang tak bersisa.
“Nampaknya kalian belum bisa mengalahkan Danguteal. Tapi paling tidak misi kalian sudah selesai.” Kata seseorang di depan Gumy. Saat Gumy melihat ke atas, Nampak wajah yang tak asing bagi dia.
“Ah! Tuan MTD!” Kata Gumy.
“Kalian tunggu disini. Biar aku yang mengurus Danguteal itu.” Kata MTD. MTD mengeluarkan Dark Shadow Katana-nya kembali. Lalu, MTD berteriak “SHADOW CLONE!” tiga orang muncul di dekat MTD. Dan itu adalah Bayangan MTD! Diki dkk terbelalak kaget. Bayangan itu sangat nyata, bagaikan tiga MTD muncul.
“Serang!” Teriak MTD. Ketiga bayangan MTD itu menyerang Danguteal dan saat Danguteal menjerit kesakitan, muncul MTD di atas kepala Danguteal itu. dengan sekali tebas, Kepala Danguteal itu terputus.
“pffft… Akhirnya Danguteal itu mati.” Kata MTD. “baiklah, apa kalian bisa berdiri?”
“Kami bisa tuan.” Kata Gumy.
“Bagaimana dengan artifaknya?” Tanya MTD.
“Ada denganku.” Kata Diki.
“bagaimana dengan keadaan gua?” Tanya MTD lagi.
“Tidak ada jebakan sedikitpun. Nampaknya artifak ini memang berada di gua biasa.” Jelas Zimi.
“Misi selesai kalau begitu. Kita akan pulang ke barak besok pagi. Mari kembali ke perkemahan.” Kata MTD seraya berjalan meninggalkan ketiga orang tersebut.
“BAIK PAK!” Teriak ketiga orang tersebut seraya mengikuti langkah MTD.
* * *
Di Barrak Xian, Shino dan Mizuki dipanggil oleh Ryon di kantornya. Saat mereka sampai, Ryon mulai membicarakan sesuatu mengenai kota Airoka.
“Shino, Mizuki. Aku ingin kalian berdua mengintai kota Airoka karena kota Airoka merupakan kota observator bagi Fenrir. Mungkin bila kita mengetahui kelemahan dalam kota Airoka, kita bisa merebut kota Airoka dari tangan Fenrir.” Kata Ryon.
“Baik tuan Ryon. Namun, apa yang sebaiknya diintai?” Tanya Mizuki.
“Pertanyaan bagus. Aku ingin agar Shino mengintai keamanan kota Airoka beserta dengan pasukan di dalamnya sedangkan Mizuki, aku ingin kau mengintai masyarakat di dalamnya dan juga pemerintahannya.”
“Baik Tuan!” Jawab Shino.
“Baik Tuan Ryon.” Jawab Mizuki.
“Terima kasih. Aku mengharapkan kalian pergi sekarang juga dengan mengunakan baju penduduk. Malam ini kalian bisa masuk tanpa dicurigai pasukan fenrir. Salah satu pasukanku akan membantu kalian untuk masuk ke dalam kota Airoka. Namun ia takkan membantu kalian bila kalian terlibat masalah karena ia akan kembali saat kalian telah berhasil sampai di kota Airoka.”
“Jangan khawatir. Kami bisa mengatasinya.” Jawab Shino tenang.
“Kalau begitu, kudoakan agar kalian sukses. Pergilah!” suruh Ryon.
“SIAP!” jawab Shino dan Mizuki serentak sambil pergi meninggalkan kantor Ryon.
Ryon melihat jendelanya. Ia melihat malam ini bintang dan bulan bersinar dengan indahnya. Semoga yang kulakukan ini benar… Pikir Ryon.

< Previous Next >


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Doocu.Com - Free PDF upload and share